Kamis, 30 Januari 2014

UKM Belum Bisa Menikmati Bunga Kredit Murah

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) menilai suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) masih sangat konservatif. Akibatnya tidak dapat dinikmati sektor UKM. Dengan keadaan tersebut dunia usaha, terutama usaha kecil dan menengah masih tetap belum dapat menikmati perbaikan kondisi eksternal pasar keuangan yang baik hingga saat ini,* ujar Ketua Umum Kadin Bambang Suryo Sulisto dalam acara Catatan Akhir Tahun Menyongsong 2012 di Jakarta, Rabu (28/12).

Jika mengutip data Bank Indonesia, Kadin melihat BI rate berada di angka 6 persen lebih tinggi jika dibandingkan US Prime Rates sekitar 3 persen per Oktober 2011. BI rate juga lebih tinggi bila dibandingkan Japan Prime Rates di level 1,5 persen pada waktu yang sama.

Suryo melanjutkan, justru ketika dana melimpah, suku bunga tetap di posisi tinggi sehingga dunia usaha tidak dapat memaksimalkan momentum yang baik tersebut. "Oleh sebab itu, saya meminta pemerintah dapat menurunkan tingkat bunga sehingga memberikan insentif bagi swasta untuk investasi," kata Bambang.

Idealnya, kata Suryo, suku bunga kredit perbankan bisa berada di bawah 8 persen. Saya berpikir kalau di angka 8 persen masih pada kenyataan untuk bisa kita capai nantinya. Dan ini harus dilakukan pemerintah dengan kerja keras," ujarnya.

Dia menuturkan, agak aneh jika BI rate sudah turun tetapi suku bunga perbankan masih tinggi. Sejauh ini, Kadin melihat upaya yang dikerjakan oleh BI tidak diikuti dengan penurunan tingkat bunga bank-bank yang komersil. "Kontribusi bank-bank komersil juga pada investasi perusahaan dan kapital kerja masih rendah, sekitar masing-masing 25 persen dan 21 persen sehingga kurang mendorong perkembangan sektor riil," tegasnya.

Suryo menambahkan, usaha yang lebih tinggi diperlukan untuk mewujudkan hal tersebut. Ini penting demi meningkatkan daya saing usaha-usaha nasional terhadap negara-negara tetangga yang ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar